Sabtu, 04 Juli 2020

TAFSIR (21) ;104-105


AL-ANBIYAA (21) : 104

104. (yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas. sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama Begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya.

Allah Swt. berfirman bahwa kejadian ini pasti akan terjadi pada hari kiamat nanti, yaitu:
{يَوْمَ نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ}
pada hari Kami gulung langit laksana menggulung lembaran-lembaran kertas. (Al-Anbiya: 104)

Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ}
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Tuhan dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (Az-Zumar: 67)
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا مُقَدم بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنِي عَمِّي الْقَاسِمُ بْنُ يَحْيَى، عَنْ عُبَيد اللَّهِ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ يَقْبِضُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الأرضَين، وَتَكُونُ السموات بِيَمِينِهِ"
-       Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muqaddam ibnu Muhammad, telah menceritakan kepadaku pamanku Al-Qasim ibnu Yahya, dari Ubaidillah, dari Nafi', dari Ibnu Umar, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah kelak di hari kiamat menggulung bumi, dan begitu pula langit dengan tangan kanan-Nya.
-       Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini bila ditinjau dari segi jalurnya dengan periwayatan yang tunggal (munfarid).
-       Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnul Hajjaj Ar-Ruqiy, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Salamah, dari Abul Wasil, dari Abul Malih Al-Azdi, dari Abul Jauza Al-Azdi, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa
a.      Allah menggulung tujuh lapis langit bersama semua makhluk yang ada di dalamnya, dan
b.      menggulung tujuh lapis bumi bersama semua makhluk yang ada di dalamnya,
c.       semuanya itu digulung oleh Allah dengan tangan kanan-Nya. Dan semuanya itu di tangan-Nya sama dengan sebiji sawi.
Firman Allah Swt.:
{كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ}
seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. (Al-Anbiya: 104)

-       Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan sijil adalah lembaran kertas kitab. Menurut pendapat yang lain ialah segolongan malaikat.
-       Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Ala, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Yaman, telah menceritakan kepada kami Abul Wafa Al-Asyja'i, dari ayahnya, dari Ibnu Umar sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari Kami gulung langit laksana menggulung lembaran-lembaran kertas. (Al-Anbiya: 104) Bahwa yang dimaksud dengan sijil di sini ialah malaikat; apabila ia naik ke langit dengan membawa permohonan ampunan, maka dikatakan kepadanya, "Tulislah dengan nur." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Abu Kuraih, dari Ibnu Yaman dengan sanad yang sama.
-       Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Abu Ja'far Muhammad ibnu Ali ibnul Husain, bahwa sijil adalah malaikat.
-       As-Saddi mengatakan bahwa as-sijil dalam ayat ini berarti malaikat yang ditugaskan mencatat amal perbuatan; apabila seseorang meninggal dunia, maka kitab catatan amalnya dimasukkan ke dalam sijil, lalu ditutup dan disimpan hingga hari kiamat.
-       Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah nama seorang sahabat yang bertugas mencatat wahyu bagi Nabi Saw.

Muhammad Saw. sebagai sosok Nabi yang memiliki kesempurnaan akhlak tentu menjadi panutan umat Islam seluruh dunia. Siapa pun senang bergaul dengannya. Bahkan, tidak jarang para sahabat ingin menjadi pelayan Nabi Muhammad Saw. Namun, tidak semuanya memiliki kesempatan tersebut.
-       Sejarah mencatat bahwa Pelayan Nabi Muhammad Saw. memiliki tugas masing-masing dalam membantu keseharian Rasulullah. Tugasnya pun bermacam-macam. Paling tidak, 5 sahabat ini meninggalkan sejarah bagaimana caranya kita menghormati orang yang kita muliakan, seperti guru, kiai, dan dosen. Berikut uraiannya:


1. Anas bin Malik Al Anshori (Anak dari Abi Hamzah)

-       Ibnu Asir dalam karyanya, Usudul Ghabah fi Ma’rifatis Shahabah, menyebutkan bahwa Anas bin Malik, putra Ummu Sulaim, menjadi sekertaris pribadi Rasulullah selama sekitar 10 tahun.
-       Ibunya menitipkan Anas pada saat ia masih berusia 8 tahun setelah Ayahnya (Abi Hamzah) meninggal dunia.
-       Nabi mendoakannya memiliki banyak harta dan anak. Konon, Anas memiliki 80 anak lelaki dan dua orang perempuan.

2. Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami

Rabi’ah bin Ka’ab merupakan salah satu Ashhabus Shuffah yang setia melayani Nabi Muhammad Saw. Karena keterbatasan teknologi waktu itu, sehingga belum ditemukan sanyo, Ibnu Asir menyebutkan bahwa Rabi’ah biasa membantu Nabi dalam mengambilkan air wudu.

3. Abdullah bin Mas’ud

Fenomena merapihkan sandal yang dilakukan sebagaian santri merupakan salah satu bentuk memulaikan guru atau kiai.
Sahabat Nabi, Abdullah bin Mas’ud, juga selalu melakukan hal tersebut. Ia biasa memakaikan dan mencopot kedua sandal Nabi. Sehingga ia mendapat julukan shahibu na’laih.
Selain itu, dia juga sahabat kepercayaan Rasulullah. Setiap kali wahyu turun, Abdullah bin Mas’ud diperintah menghafal ayat tersebut, sebagaimana disebutkan Imam Nawawi dalam Tahdzibul Asma wal Lughat.

4. Uqbah bin Amir

Bigal (hewan peranakan kuda dengan keledai) itu salah satu kendaraan yang ditunggangi Nabi. Seperti halnya Abdullah bin Mas’ud, Uqbah bin Amir juga memiliki julukan khusus, yaitu shahibu baghlatihi.
Ia bertugas menuntun bigal yang dinaiki Nabi saat bepergian kemanapun, sebagaimana disebutkan Imam Nawawi dalam Tahdzibul Asma wal Lughat.

5. Ummu Aiman

-       Ummu Aiman wanita berkebangsaan Ethiopia (Habasyah) ini merupakan budak yang dimerdekakan Abdullah / Ayah Rasulullah Saw.
-       Ummu Aiman salah satu orang yang berjasa dalam merawat Nabi dari kecil hingga dewasa. Umur tidak ada yang menyangka, Rasulullah justru wafat lima bulan lebih dulu dari Ummu Aiman, sebagaimana disebutkan dalam Usudul Ghabah.

-       Ibnu Abu Hatim mengatakan, Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali Al-Jahdami, telah menceritakan kepada kami Nuh ibnu Qais, dari Amr ibnu Malik, dari Abul Jauzai, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari Kami gulung langit laksana menggulung lembaran-lembaran kertas. (Al-Anbiya: 104), Bahwa as-sijil adalah seorang lelaki.
-       Nuh berkata, telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Ka'b Al-Auzi, dari Amr ibnu Malik, dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa as-sijil adalah juru tulis Nabi Saw.
-       Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Daud dan ImamNasai, keduanya melalui Qutaibah ibnu Sa'id, dari Nuh ibnu Qais, dari Yazid ibnu Ka'b, dari Amr ibnu Malik, dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa as-sijil adalah juru tulis Nabi Saw.
-       Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Nasr ibnu Ali Al-Jahdami seperti yang telah disebutkan di atas.
-       Ibnu Addi meriwayatkannya melaluiYahya ibnu Amr ibnu Malik Al-Bakri, dari ayahnya, dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa dahulu Rasulullah Saw. mempunyai seorang juru tulis bernama as-sijil. Dialah yang disebutkan oleh firman-Nya: (Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagaimana (sijjil) menggulung lembaran-lembaran kertas. (Al-Anbiya: 104) Sebagaimana sijil menggulung kertas tulis, begitulah kelak langit digulung. Kemudian Ibnu Addi mengatakan bahwa riwayat ini tidak dikenal.
-       Al-Khatib Al-Bagdadi di dalam kitab Tarikh-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Barqani Muhammad ibnu Muhammad ibnu Ya'qub Al-Hajjaji, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnul Husain Al-Karkhi, bahwa Hamdan ibnu Sa'id pernah menceritakan kepada mereka hadis berikut dari Abdullah ibnu Numair, dari Ubaidillah ibnu Umar, dari Nafi, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa as-sijil adalah juru tulis Nabi Saw.
-       Al-Khatib Al-Bagdadi selanjutnya mengatakan bahwa hadis yang diriwayatkan oleh Nafi', dari Ibnu Umar ini berpredikat sangat munkar, tidak mempunyai asal-usul sama sekali. Begitu pula hadis terdahulu darI Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan lain-lainnya berpredikat munkar pula dan tidak sahih. Sejumlah ahli huffaz telah mengemukakan keterangannya bahwa hadis ini maudu', sekalipun di dalam Sunan Abu Daud salah seorang perawinya adalah guru kami, yaitu Al-Hafiz Abul Hajjaj Al-Mazzi. Saya telah mengulas hadis ini dalam suatu karya tulis yang terpisah.
-       Imam Abu Ja'far Ibnu Jarir menilai hadis ini berpredikat munkar, lalu membantahnya dengan bantahan yang sempurna. Ia mengatakan bahwa tiada seorang pun di antara para sahabat yang bernama as-sijil. Juru tulis Nabi Saw. orang-orangnya telah dikenal, dan tiada seorang pun di antara mereka bernama as-sijil.
-       Ibnu Jarir dapat dibenarkan dengan pendapatnya itu, dan alasannya yang kuat itu cukup untuk dijadikan sebagai bukti yang menunjukkan predikat munkar hadis ini. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa ia adalah nama seorang sahabat, maka tiada pegangan yang lain baginya kecuali hanya hadis ini.
-       Pendapat yang benar dari Ibnu Abbas ialah yang mengatakan bahwa as-sijil adalah lembaran kertas. Demikianlah menurut Ali ibnu Abu Talhah dan Al-Aufi, dari Ibnu Abbas. Hal yang sama dikatakan pula oleh Mujahid, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir adalah pendapat ini dengan alasan bahwa memang makna inilah yang dikenal menurut istilah bahasa. Dengan demikian, makna ayat ialah bahwa di hari Kami gulung langit sebagaimana menggulung lembaran-lembaran kertas. Huruf lam pada lafaz lil kitab bermakna 'alal kitab, dan yang dimaksud dengan kitab ialah maktub­nya, yakni kertasnya. Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
{فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ}
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya). (Ash-Shaffat: 103)
Lil jabin bermakna 'alal jabin, yakni pada pelipisnya. Masih banyak contoh lainnya dalam bahasa.
*******************
Firman Allah Allah Swt.:
{كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ}
Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya. (Al-Anbiya: 104)
Yaitu hal ini pasti terjadi kelak pada hari Allah mengembalikan semua makhluk dalam kejadiannya yang baru, sebagaimana Allah menciptakan mereka pada pertama kalinya. Dia Mahakuasa untuk mengembalikan penciptaan mereka. Hari itu pasti terjadi karena termasuk salah satu di antara yang dijanjikan oleh Allah Swt. Janji Allah tidak akan diingkari dan tidak akan diganti, Dia Mahakuasa untuk melakukan hal tersebut. Karena itulah dalam penghujung ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ}
sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya. (Al-Anbiya: 104)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع وَابْنُ جَعْفَرٍ الْمَعْنَى، قَالَا : حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ النُّعْمَانِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْر، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَوْعِظَةٍ فَقَالَ: "إِنَّكُمْ مَحْشُورُونَ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلا كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ، وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', Abu Ja'far, dan Ubaidah Al-Ammi. Mereka mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Al-Mugirah ibnun Nu'man, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa di suatu waktu Rasulullah Saw. berdiri di antara kami untuk menyampaikan nasihatnya kepada kami, lalu beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya kalian akan digiring menghadap kepada Allah Swt. dalam keadaan tak beralas kaki, telanjang lagi tidak disunat, "Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.” Hingga akhir hadis.

Syaikhain mengetengahkan hadis ini melalui riwayat Syu'bah. Imam Bukhari di dalam kitabnya menyebutkan ayat ini. Lais ibnu Abu Sulaim telah meriwayatkan dari Mujahid, dari Siti Aisyah, dari Rasulullah Saw. hal yang semisal.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. (Al-Anbiya: 104) Ibnu Abbas mengatakan bahwa segala sesuatu binasa semuanya, lalu diciptakan kembali sebagaimana penciptaan semula.

Menanggapi hal ini, orang mukmin berkata :
رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji. (Ali Imran: 194)

Dan mereka mengatakan pula dalam doanya:
وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ
dan mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami ke (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran” (QS. Al-A’raf: 43)



Berangkat dari firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat 67 yang berbunyi:

67. dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya[1316]. Maha suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.

Imam ibnu Katsir' dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa:
-       Ayat ini berkenaan dengan sifat Allah kita mengimani bahwa bumi itu benar-benar digenggam dengan Tangan Allah sebagaimana yang tertulis dalam  ayat tersebut dan langit itu benar-benar digulung dengan Tangan Kanan-Nya.

Hadits pertama :
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dia berkata:
جَاءَ حَبْرٌ مِنْ الْأَحْبَارِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنَّا نَجِدُ أَنَّ اللَّهَ
يَجْعَلُ السَّمَوَاتِ عَلَى إِصْبَعٍ وَالْأَرَضِينَ عَلَى إِصْبَعٍ وَالشَّجَرَ عَلَى إِصْبَعٍ وَالْمَاءَ وَالثَّرَى
عَلَى إِصْبَعٍ وَسَائِرَ الْخَلَائِقِ عَلَى إِصْبَعٍ فَيَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ فَضَحِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِوَسَلَّمَ
حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ تَصْدِيقًا لِقَوْلِ الْحَبْرِ ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
Ibnu Mas'ud berkata ,"salah seorang pendeta Yahudi datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wassalam dan berkata :Wahai Muhammad! Sesungguhnya kami menjumpai dalam kitab suci kami bahwa
1.        Allah akan meletakkan langit diatas satu jari,
2.        air diatas satu jari,
3.        tanah diatas satu jari, dan
4.        seluruh makhluk diatas satu jari,
maka Allah berfirman:Akulah penguasa! Tatkala mendengarnya, tertawalah Rasulullah sehingga tampak gigi-gigi beliau, karena membenarkan ucapan pendeta Yahudi itu, kemudian beliau membacakan firman Allah ; Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat.. dstnya"(mutafaq alaih) (HR. Al-Bukhari no. 4437 dan Muslim no. 4992)
-       Hadits ini menunjukkan bahwa Allah mempunyai jari-jari sebagaimana Allah mempunyai kedua tangan.
-       Allah juga memiliki jari-jari tetapi jari tangan Allah tidaklah sama dengan jari tangan makhluk-Nya sebagaimana firman-Nya: {Tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya dan Dia adalah Maha mendengar lagi Maha melihat } surat Assyuura (42) ayat 11.

tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.

Hadits Kedua
Dalam sebuah riwayat Muslim:
وَالْجِبَالَ وَالشَّجَرَ عَلَى إِصْبِعٍ ثُمَّ يَهُزُّهُنَّ فَيَقُوْلُ: أَنا الْمَلِكُ أَنا اللهُ
“Semua pegunungan dan pepohonan di atas satu jari kemudian menggoncang-goncangnya, lalu Dia berfirman, “Saya adalah raja, Saya adalah Allah.”

Hadits Ketiga
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يَطْوِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ السَّمَاوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ
الْجَبَّارُونَ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ ثُمَّ يَطْوِي الْأَرَضِينَ بِشِمَالِهِ ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ أَيْنَ
الْمُتَكَبِّرُونَ

‘Pada hari kiamat kelak, Allah Azza wa Jalla akan menggulung langit. Setelah itu, Allah akan menggenggamnya dengan tangan kanan-Nya seraya berfirman, “Akulah Sang Maha Raja. Di manakah sekarang orang-orang yang selalu berbuat sewenang-wenang? Dan di manakah orang-orang yang selalu sombong dan angkuh?” Setelah itu, Allah akan menggulung bumi dengan tangan kiri-Nya seraya berfirman, “Akulah Sang Maha Raja. Di manakah sekarang orang-orang yang sering berbuat sewenang-wenang? Di manakah orang-orang yang sombong?” (HR. Muslim no. 4995)

Ketika Kiamat Bumi dan Langit akan Diganti

Ketika kiamat, bagaimana kondisi bumi dan langit? jk bumi dibinasakan, lalu manusia memijak apa? Terima kasih atas penjelannya…
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Keterangan bumi dan langit akan diganti ketika di hari kiamat, Allah sebutkan dalam firman-Nya di surat Ibrahim,
يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَوَاتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
“(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (QS. Ibrahim: 48)

Hanya saja, para ulama tafsir berbeda pendapat dalam memahami pergantian ini.
Ibnul Jauzi dalam kitab Tafsirnya, Zadul Masir menyebutkan bahwa secara umum ada 2 pendapat,
Pertama, bahwa pergantian itu hanya pergantian sifatnya (tabdil shifat), dan bukan pergantian bendanya (tabdil dzat), sehingga tidak terjadi pergantian bumi baru. Artinya, bumi yang saat ini ditempati manusia, tidak hilang dan tetap ada. Namun pergantian yang terjadi adalah penambahan dan pengurangan dataran bumi. Yang menggunduk diratakan, yang cekung dinaikkan. Semua gunung, lembah, dataran tinggi, dataran rendah, pepohonan, lautan, semuanya dijadikan datar total.
Pendapat ini diriwayatkan dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Dan pendapat ini dinilai lebih kuat oleh Imam as-Sa’di (Tafsir as-Sa’di, hlm. 428)
Diantara dalil pendapat ini adalah firman Allah – Ta’ala –,
وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ
“Dan apabila bumi dibentangkan../LURUS” (QS. al-Insyiqaq: 3)

Kedua, bahwa pergantian itu bentuknya adalah diganti dengan bumi yang lain (Tabdil Dzat). Sehingga bumi yang saat ini ditempati manusia, tidak bertahan, namun diganti dengan tanah yang lain.
Dan ini pendapat jumhur ahli tafsir. Selanjutnya mereka berbenda pendapat, bumi ini akan diganti dengan apa?
[1]   Akan diganti dengan tanah yang lain, berwarna putih seperti perak. Tidak ada satupun perbuatan maksiat di atasnya. Pendapat ini diriwayatkan oleh Amr bin Maimun dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dan diriwayatkan oleh Atha’ dari Ibnu Abbas, dan juga pendapatnya Mujahid.
[2]   Bumi akan dijadikan neraka. Ini merupakan pendapat Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu.
[3]   Bumi saat ini akan diganti dengan bumi dari bahan perak. Ini merupakan pendapat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
[4] Bumi ini akan diganti dengan roti putih. Lalu kaum mukminin memakan bagian yang ada di bawah kakinya. Ini merupakan pendapat Abu Hurairah, Said bin Jubair, dan al-Quradhi.
Ada juga yang mengatakan, roti ini akan dimakan kaum muslim sampai hisab mereka selesai.

Kemudian, mengenai pergantian langit, Ibnul Jauzi menyebutkan di sana ada 6 pendapat,
[1]   Langit akan dijadikan atap berbahan emas. Ini pendapat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
[2]   Langit saat ini akan menjadi surga. Ini pendapat Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu.
[3]   Bentuk langit diubah adalah dengan peristiwa matahari digulung dan bintang-bintang berjatuhan atau kejadian semacamnya. Ini merupakan pendapat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
[4]   Bentuk perubahannya adalah langit itu akan berubah-ubah. Terkadang menjadi seperti luluhan perak, atau seperti kilapan minyak. Ini merupakan pendapat Ibnul Anbari.
[5] Bentuk langit diubah adalah langit itu akan dilipat sebagaimana orang melipat kertas untuk dijadikan kitab.
[6]   Langit akan terbelah, sehingga tidak lagi menjadi atap.
Pendapat kelima dan keenam disebutkan oleh al-Mawardi.


AL-ANBIYAA (21) : 105

105. dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur[973] sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.
[973] Yang dimaksud dengan Zabur di sini ialah seluruh kitab yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi-Nya. sebahagian ahli tafsir mengartikan dengan kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s. dengan demikian Adz Dzikr artinya adalah kitab Taurat.

-       Allah Swt. berfirman, memberitahukan tentang apa yang telah dipastikan­Nya dan apa yang telah ditetapkan-Nya buat hamba-hamba-Nya yang saleh, yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat; di dunia dipusakakan-Nya bumi ini kepada mereka, selain kebahagiaan di akhirat nanti yang menjadi milik mereka. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{إِنَّ الأرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ}
sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-A'raf: 128)
{إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الأشْهَادُ}
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). (Al-Mu’min: 51)
Dan firman Allah Swt.:
{وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ } الْآيَةَ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya. (An-Nur: 55)
Selanjutnya Allah menyebutkan bahwa hal ini telah tertulis di dalam kitab-kitab syariat, juga takdir; hal ini pasti akan terjadi. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ}
Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauhul Mahfuz. (Al-Anbiya: 105)

-       Al-A'masy pernah bertanya kepada Sa'id ibnu Jubair tentang makna firman Allah Swt.: Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauhul Mahfuz. (Al-Anbiya: 105) Bahwa yang dimaksud dengan az-zikr ialah kitab Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Mujahid mengatakan bahwa Zabur adalah nama kitab.
-       Ibnu Abbas, Asy-Sya'bi, Al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang telah mengatakan bahwa Zabur adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud, sedangkan az-zikr artinya kitab Taurat.
-       Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa az-zikr artinya Al-Qur'an.
-       Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa az-zikr ialah kitab yang ada di langit.
-       Mujahid mengatakan bahwa Zabur artinya semua kitab sesudah az-zikr. az-zikr ialah kitab yang ada di sisi Allah (Lauhul Mahfuz). Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Hal yang sama telah dikatakan oleh Zaid ibnu Aslam, bahwa az-zikr adalah kitab pertama.
-       As-Sauri mengatakan bahwa az-zikr artinya Lauhul Mahfuz.
-       Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa Zabur adalah kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi, sedangkan az-zikr ialah Ummul Kitab yang telah tercatat di dalamnya segala sesuatu sebelum itu.
-       Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah Swt. telah menyebutkan di dalam kitab Taurat dan kitab Zabur serta pengetahuan-Nya yang terdahulu sebelum ada langit dan bumi, bahwa Dia akan mempusakakan bumi ini kepada umat Muhammad Saw. dan Dia akan memasukkan mereka yang saleh ke dalam surga-Nya.
-       Mujahid telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firman-Nya: bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh. (Al-Anbiya: 105 ) Bahwa yang dimaksud dengan bumi ialah bumi surga.
-       Hal yang sama telah dikatakan oleh Abul Aliyah, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Asy-Sya'bi, Qatadah, As-Saddi, Abu Saleh, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan As-Sauri. Abu Darda mengatakan, "Kitalah yang dimaksud dengan orang-orang saleh itu." Sedangkan menurut As-Saddi, mereka adalah orang-orang mukmin.
*******************

HADITS #25-26 KITAB ARBA'IN

Hadits Ke- 25 عَنْ أَبِى ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- ...