الله أَكبَرُ ٩x لاإله إلا الله الله أَكبَرُ، الله
أَكبَرُ ولله الحمد
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ، اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي وَفَّقَ بِرَحْمَتِهِ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادِهِ، فَعَرَفُوْا
أَقْدَارَ مَوَاسِمِ الْخَيْرَاتِ، وَعَمَّرُوْهَا بِالْإِكْثَارِ مِنَ
الطَّاعَاتِ، وَخَدَلَ مَنْ شَاءَ بِحِكْمَتِهِ، فَعَمِيَتْ مِنْهُمُ الْقُلُوْبُ
وَالْبَصَائِرُ، وَفَرَطُوْا فِى تِلْكَ الْمَوَاسِمِ فَبَاءُوْا بِالْخَسَائِرِ.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَقْوَمُ النَّاسِ بِطَاعَةِ
رَبِّهِ فِى الْبَوَاطِنِ وَالظَّوَاهِرِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ
حَفِظَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بَتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ
الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا
وَأَنتُم مُّسْلِمُوْنَ.
Hadirin, jama’ah shalat Idul Fitri
yang dimuliakan oleh Allah ta’ala.
Ucapan syukur marilah kita haturkan
kepada Allah SWT, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya. Shalawat dan
salam semoga tersanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, utusan yang membawa rahmat
bagi alam semesta.
Melalui mimbar yang mulia ini,
melalui mimbar khutbah idul fitri ini, khatib berwasiat kepada diri kami
pribadi, dan umumnya kepada jama’ah kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan
ketakwaan kepada Allah ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-Nya,
serta menjahui larangan-Nya.
Allahu akbar walillahil hamd.
Hadirin, sidang Idul Fitri hafidhakumullah.
Bulan Ramadhan telah usai, selama
tiga puluh hari kita menjalankan puasa dengan keadaan yang tak seperti
biasanya. Jika biasanya kita bisa tarawih di masjid, silaturrahim
bersama sanak keluarga, buka bersama dan lain sebagainya, kali ini, selama tiga
puluh hari dalam bulan Ramadhan tahun ini kita tidak bisa melakukan semua itu.
Kita tentu ingin sekali shalat
tarawih di masjid, beribadah bersama sanak keluarga, tapi apa daya, ada satu
bahaya yang perlu kita cegah bersama, bahaya yang tak bisa kita lihat dengan
mata telanjang, kita hanya bisa melakukan pencegahan dengan mengikuti protokol
kesehatan yang dianjurkan oleh para ahli medis.
Hadirin sidang idul fitri yang
dimuliakan oleh Allah
Suatu hari Rasulullah SAW didatangi
seorang Badui dengan membawa unta. Saat sampai di depan masjid Nabawi, unta tersebut
dibiarkan begitu saja dan tidak diikat. Melihat perilaku orang Badui tersebut,
Nabi kemudian memintanya untuk mengikat untanya terlebih dahulu.
Bukan malah mengindahkan ucapan
Nabi, si Badui itu kemudian menjawab, “Aku sudah bertawakkal kepada Allah
SWT, wahai Nabi.”
Mendengar pernyataan Badui tersebut,
Rasulullah SAW kemudian bersabda,
إعقلها ثم توكل علي الله
“Ikatlah terlebih dahulu unta
itu, baru kemudian engkau bertawakkal kepada Allah SWT.” (H.R at-Tirmidzi)
Sabda Rasulullah SAW kepada Badui tersebut
menunjukkan bahwa bertawakkal kepada Allah SWT
tidak boleh dengan ‘tangan kosong’ alias tanpa usaha. Rasulullah SAW
dalam sabdanya tersebut menekankan bahwa tawakkal tanpa usaha bisa jadi
hal yang sia-sia.
- Di tengah wabah Corona yang melanda hampir semua negara ini,
tiada hal lain yang dapat kita ambil selain pelajaran yang begitu berharga,
yaitu pelajaran berharga terkait makna tawakkal yang sebenar-benarnya.
- Kisah unta di atas juga dapat
menjadi pembelajaran bagi kita bahwa tawakkal kepada Allah dalam konteks wabah
Corona saat ini tidak akan berarti apa-apa tanpa campur tangan kita sendiri,
usaha kita untuk hidup sehat dan bebas dari penyakit.
- Dalam Al-Quran, surat ar-Ra’ad ayat 11 juga disebutkan bahwa semua hal
tidak bisa terjadi, termasuk dalam hal tertular Corona, jika kita tidak
berusaha untuk merubah dan mencegah agar kita tidak tertular.
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا
بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah SWT tidak akan
merubah suatu kaum tanpa usaha dari mereka untuk melakukan perubahan itu
sendiri.” (Surat al-Ra’d ayat 11)
- Apa artinya, jika kita hanya
bertawakkal saja, tanpa berusaha untuk mencegah agar tidak tertular, tidak
mendengar anjuran pemerintah, tidak mendengar anjuran dokter dan para ahli
medis, maka kita juga bisa tertular. Karena kita tidak ada usaha untuk
mencegahnya. Kita tidak ada keinginan untuk melakukan hal yang merupakan bagian
dari yughayyiru ma bi anfusihim.
- Jika kita tertular virus ini karena
egoisme kita, maka kita juga akan berpotensi menularkan virus ini kepada banyak
orang, kepada keluarga kita, kepada anak kita, kepada istri kita, kepada
tetangga kita, kepada karyawan kita, juga kepada orang-orang yang kita sayangi.
- Betapa zalimnya
kita atas sikap egoisme kita, atas sikap sok tahu kita, sehingga membuat orang
lain yang tidak salah apa-apa mendapatkan masalah, apalagi jika orang yang tertular
karena perilaku ceroboh kita tersebut meninggal, padahal ia memiliki tanggungan
anak dan istri, sedangkan keluarganya tidak mampu, siapa yang akan memikirkan
nasib keluarganya? Mungkin selama ini, kita tidak berfikir sampai ke sana,
namun mau tidak mau, itulah hal yang terjadi jika kita hanya tawakkal dan
dengan sombongnya tidak dibarengi dengan ikhtiyar.
Inilah pembelajaran pertama dari
wabah Corona, kita mempelajari secara langsung makna dan hakikat dari tawakkal,
dengan praktek dan live action. Bukan hanya sekedar teori dan
pembahasan saja, tapi juga langsung kita praktekkan dalam mencegah
Allahu akbar walillahil hamd.
Hadirin, sidang Idul Fitri hafidhakumullah.
- PEMBELAJARAN
KEDUA yang bisa
kita ambil dari wabah Corona ini adalah kita semakin dekat dengan
keluarga kita di rumah, karena kewajiban social distancing.
- Para pekerja yang biasanya setiap
hari berangkat sebelum anak tidur, dan pulang setelah anak tidur, kini bisa menemani
mereka dari bangun tidur hingga tidur kembali.
- Selain itu, kita juga bisa menambah
ibadah di rumah. Jika selama ini ibadah kita hanya kita laksanakan di masjid
saat shalat fardhu saja, kita bisa laksanakan ibadah fardhu, sekaligus ibadah
sunnah di rumah. Hal ini agar rumah kita selalu bercahaya dan terang, tidak
kosong dan hampa seperti kuburan.
- Ada beberapa ibadah sunnah
yang bisa kita laksanakan di rumah.
1. Yang pertama adalah shalat sunnah.
Dalam hadits riwayat Abu Dawud dan Imam At-Tirmidzi misalnya dijelaskan bahwa
Rasul pernah meminta para sahabat untuk mengerjakan shalat sunah setelah
maghrib (ba’diyah maghrib) di rumah.
عن
سعدِ بن إسحاقَ بن كَعْبِ بن عُجْرَةَ عن أبيهِ عن جَدّهِ قال: “صَلّى النبيّ صلى
الله عليه وسلم في مَسْجِدِ بَني عبدِ الأشْهَلِ المغْرِبَ فَقَامَ نَاسٌ
يَتَنَفّلُونَ، فقَال النبيّ صلى الله عليه وسلم: عَلَيكُمْ بهَذِهِ الصّلاة في
البُيُوتِ
“Dari Said bin Ishaq bin Kaab bin
‘Ujrah dari ayahnya dari kakeknya berkata bahwa ketika Rasulullah selesai
melakukan shalat maghrib di masjid Bani Abdil Ashal, beberapa orang kemudian
melakukan shalat sunah. Kemudian Rasul Saw bersabda, ‘Lakukanlah shalat ini di
rumah-rumah kalian,’ (H.R
At-Tirmidzi)
- Hadis tersebut dimasukkan
At-Tirmidzi dalam bab “Ma dzakara fis Shalah ba’dal maghrib fil bait afdhal”
(Bab yang menjelaskan keutamaan shalat ba‘diyah maghrib di rumah). Dari
tarjamatul bab yang dibuat oleh At-Tirmidzi tersebut menunjukkan bahwa At-Tirmidzi
menggunakan hadis ini sebagai landasan kesunahan melakukan shalat sunah setelah
maghrib di rumah.
- Dalam riwayat lain juga dijelaskan
terkait keutamaan melakukan shalat sunah secara umum di rumah.
عن زيد بن ثابت ، عن النبي صلى الله
عليه وسلم قال : أفضل صلاتكم في بيوتكم إلا المكتوبة.
“Dari Zaid bin Tsabit, dari
Rasulullah SAW bersabda, ‘Shalat yang paling utama adalah di rumah kalian
kecuali shalat maktubah (shalat fardhu),’” (HR Bukhari dan Tirmidzi).
- Bahkan dalam kitab Syamail
At-Tirmidzi juga dijelaskan bahwa walaupun rumah Rasulullah dekat
dengan masjid, Rasulullah lebih memilih shalat sunah di rumah. Rasulullah juga
mengingatkan agar kita tidak menjadikan rumah kita seperti kuburan yang tidak
pernah digunakan untuk shalat. Hal ini disebutkan dalam hadits riwayat Aisyah
dalam Musnad Ahmad.
صَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ وَلَا
تَجْعَلُوْهَا عَلَيْكُمْ قُبُوْرًا
“Shalatlah kalian di rumah kalian.
Jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan.”
2. Kedua, membaca Al-Quran. Membaca
Al-Quran di rumah akan membuat rumah menjadi terang bercahaya. Dalam sebuah
hadis dijelaskan bahwa rumah yang dibacakan Al-Quran akan terlihat terang oleh
‘penghuni langit’ sebagaimana terangnya bintang jika dilihat dari bumi.
الْبَيْتُ الَّذِي يُقْرَأُ فِيهِ
الْقُرْآنُ يتراءى لِأَهْلِ السَّمَاءِ، كَمَا تتراءى النُّجُومُ لِأَهْلِ
الْأَرْضِ
“Sesungguhnya rumah yang digunakan
untuk membaca Al-Qur’an akan terlihat terang dan bersinar oleh para penduduk
langit sebagaimana penduduk bumi melihat terangnya bintang-bintang di langit”.
(H.R al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman).
- Walaupun hadis ini statusnya daif
karena ada perawi bernama Ibnu Lahi’ah, yang di akhir umurnya banyak
lupa karena kitab-kitabnya terbakar, namun hadis ini masih tetap bisa diamalkan
karena berkaitan dengan fadhail amal.
3. Ketiga, berdzikir kepada Allah
SWT. Rasulullah SAW mengingatkan kepada para umatnya bahwa rumah yang
senantiasa digunakan untuk tempat berdzikir akan lebih utama daripada rumah
yang jarang digunakan untuk dzikir.
Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Sahih Muslim dari jalur Abu
Musa disebutkan,
عَنْ أَبِي
مُوسَى ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِي
يُذْكَرُ اللَّهُ فِيهِ ، وَالْبَيْتِ الَّذِي لَا يُذْكَرُ اللَّهُ فِيهِ ،
مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Dari Abu Musa, Rasulullah SAW
bersabda, Perbedaan rumah yang selalu digunakan untuk berdzikir kepada Allah
SWT dan rumah yang tidak digunakan untuk berdzikir adalah seperti perbedaan
orang yang hidup dengan orang yang mati.” (H.R Muslim)
Allahu akbar walillahil hamd.
Hadirin, sidang Idul Fitri hafidhakumullah.
- PEMBELAJARAN
YANG KETIGA
adalah kita memahami kebesaran Allah. Kita juga bisa mengerti bahwa
kekuasaan Allah SWT sungguh besar. Negara adidaya kedua setelah Amerika, Cina
pun tumbang setelah Corona mewabah di Wuhan. Sebesar apapun kekuasaan makhluk
Allah SWT tidak ada yang lebih besar melebihi kekuasaannya.
- Oleh karena itu, mari kita sama-sama
introspeksi diri. Allah selalu memiliki alasan untuk menguji para hamba-Nya.
Hamba yang bertakwa akan selalu lulus menghadapi ujian-Nya, namun sebaliknya,
hamba yang tidak bertakwa pasti akan gagal menghadapi ujian-Nya.
- Mungkin dengan adanya wabah Corona
ini, banyak orang yang dirugikan, seperti penghasilan dan ekonomi kita menurun,
namun percayalah, akan ada cahaya terang menunggu kita, kita yang mampu
menghadapi semua ini dengan sabar ikhlas dan ikhtiyar sekuat tenaga, serta
dibarengi dengan tauhid, menyerahkan semuanya kepada Dzat Pengatur Alam, Allah
SWT.
- Di penghujung Ramadhan tahun ini,
kita bisa melihat dan bermuhasabah. Sejauh mana ketaatan dan ibadah kita di
tengah pandemi covid-19 ini. Orang yang berhasil adalah orang yang berhasil
a. bertahan dengan goncangan dari wabah
dan
b. terus melakukan ibadah kepada Allah
SWT di rumah.
- Sebaliknya, jika kita malah jauh
kepada Allah saat ada wabah Corona ini, atau jika kita malah berleha-leha dan
tidak mau beribadah pada masa Ramadhan karena masjid tutup, berarti kita
termasuk golongan yang merugi.
- Semoga kita selalu diberikan
kesehatan dan kesempatan untuk terus beribadah kepada Allah SWT, berkumpul
dengan orang-orang yang kita sayangi hingga wabah ini berakhir. Semoga kita
senantiasa dalam lindungan-Nya. Amin ya rabbal ‘alamin.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ
تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ
وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
Teks Khutbah Idul Fitri kedua
الله أَكبَرُ 7x لاإله إلا الله الله أَكبَرُ، الله
أَكبَرُ ولله الحمد
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا
كَمَا أَمَرَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ لله وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ،
اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ، وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، اَمَّا
بعْدُ.
فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا
الله تَعَالىَ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلىَ
الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ
أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ
فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ أيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا
اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ في ِالْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ سَيِّدِنَا أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ
سَائِرِ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى
التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ،
اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ
وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا
هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَارَبَّ
الْعَالَمِيْنَ رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ الله إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمِ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar