Pertama: Tidak memahami prinsip akidah ahlussunnah wal jamaah.
Akidah ahlussunnah adalah penjaga seseorang dari penyimpangan
pemikiran atau kesesatan. Karena akidah ahlussunah adalah shiratul
mustaqim dan metode beragama yang kokoh. Prinspi dasar dari akidah
ahlussunah wal jamaah adalah merealisasikan tauhid. Seseorang selamat
dari gangguan lisan dan perbuatannya. Menjamin keamanan dan keselamatan
jiwa, kehormatan, dan harta seseorang. Tidak boleh mendekati semua itu
kecuali dengan alasan yang dibenarkan oleh syariat.
Dulu, jazirah Arab berada dalam keadaan jahiliyah. Kebengisan dan
keburukan tersebar. Mudah membunuh, mencuri, marah, dan menzalimi. Tidak
ada hukum dan kekuasaan yang dapat menjamin dan menaungi mereka. Lalu
datanglah syariat Islam. Mereka menjadi bersaudara, saling mencintai,
saling berkasih-sayang. Dengan karunia Allah, ketakutan berubah menjadi
keamanan. Sampai-sampai seorang wanita merasa aman melakukan perjalanan
jauh dari wilayah timur Jazirah hingga bagian baratnya. Dia tidak takut
kecuali hanya kepada Allah.
بَيْنَمَا أَنَا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ
أَتَاهُ رَجُلٌ، فَشَكَا إِلَيْهِ الْفَاقَةَ، ثُمَّ أَتَاهُ آخَرُ،
فَشَكَا إِلَيْهِ قَطْعَ السَّبِيلِ، فَقَالَ: يَا عَدِيُّ! هَلْ رَأَيْتَ
الْحِيرَةَ؟ قُلْتُ: لَمْ أَرَهَـا، وَقَدْ أُنْبِئْتُ عَنْهَا. قَالَ:
فَإِنْ طَالَتْ بِكَ حَيَـاةٌ لَتَرَيَنَّ الظَّعِينَةَ تَرْتَحِلُ مِنَ
الْحِيرَةِ حَتَّى تَطُوفَ بِالْكَعْبَةِ لاَ تَخَافُ أَحَدًا إِلاَّ
اللهَ. قُلْتُ فِيمَا بَيْنِي وَبَيْنَ نَفْسِي: فَأَيْنَ دُعَّارُ طَيِّئٍ
الَّذِينَ قَدْ سَعَّرُوا الْبِلاَدَ؟! وَلَئِنْ طَالَتْ بِكَ حَيَاةٌ
لَتُفْتَحَنَّ كُنُوزُ كِسْرَى. قُلْتُ: كِسْرَى بْنِ هُرْمُزَ؟! قَالَ
كِسْرَى بْنِ هُرْمُزَ. وَلَئِنْ طَالَتْ بِكَ حَيَـاةٌ لَتَرَيَنَّ
الرَّجُلَ يُخْرِجُ مِلْءَ كَفِّهِ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ، يَطْلُبُ
مَنْ يَقْبَلُهُ مِنْهُ، فَلاَ يَجِدُ أَحَدًا يَقْبَلُهُ مِنْهُ… قَالَ
عَدِيٌّ: فَرَأَيْتُ الظَّعِينَةَ تَرْتَحِلُ مِنَ الْحِيرَةِ حَتَّـى
تَطُوفَ بِالْكَعْبَةِ لاَ تَخَافُ إِلاَّ اللهَ، وَكُنْتُ فِيمَنْ
افْتَتَحَ كُنُوزَ كِسْرَى بْنِ هُرْمُزَ، وَلَئِنْ طَالَتْ بِكُمْ حَيَاةٌ
لَتَرَوُنَّ مَا قَالَ النَّبِيُّ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُخْرِجُ مِلْءَ كَفِّهِ.
“Ketika aku bersama Nabi ﷺ, tiba-tiba datang seorang laki-laki, lalu
dia mengadu kepadanya tentang kefakiran, kemudian datang lagi yang lain,
dan mengadu kepadanya tentang para begal. Selanjutnya beliau berkata
padaku, ‘Wahai ‘Adi, Apakah engkau melihat (kota) al-Hirah?’ ‘Aku belum
melihatnya, aku hanya mendapatkan berita tentangnya,’ jawabku. Beliau
bersabda, ‘Jika umurmu panjang, niscaya engkau akan melihat seorang
wanita melakukan perjalanan dari al-Hirah hingga dia melakukan thawaf di
sekeliling Ka’bah tanpa merasa takut kepada seorang pun kecuali kepada
Allah,’ aku bertanya di dalam hati, ‘Ke manakah para pembegal dari
Thayyi’ yang telah menebarkan fitnah di berbagai negeri?!’ (Sabda
Rasul), ‘Dan seandainya umurmu panjang, niscaya akan dibukakan harta
simpanan Kisra.’ Aku bertanya, ‘Kisra bin Hurmuz?!’ Beliau menjawab,
‘Kisra bin Hurmuz, dan seandainya umurmu panjang, niscaya engkau akan
melihat seorang laki-laki mengeluarkan emas atau perak sepenuh kedua
telapak tangannya, dia mencari orang yang akan menerimanya, lalu dia
sama sekali tidak mendapati seorang pun yang mau menerimanya
pemberiannya… ‘Adi berkata, “Lalu aku melihat seorang wanita yang
melakukan perjalanan dari (kota) al-Hirah hingga dia melakukan thawaf di
Ka’bah tanpa ada rasa takut kecuali kepada Allah, dan aku adalah
termasuk orang yang membuka harta simpanan Kisra bin Hurmuz, dan jika
kalian berumur panjang, niscaya kalian akan melihat apa-apa yang
dikatakan oleh Abul Qasim (Nabi ﷺ), (yaitu) orang yang menyedekahkan
(emas) sepenuh telapak tangan.” (HR. al-Bukhari).
Benar adanya, Adi mengalami masa perubahan itu. Masa dimana manusia
hidup dalam ketakutan kemudian berganti menjadi keamanan. Masa dimana
orang-orang bermusuhan kemudian menjadi saudara karena Allah ﷻ. Hal itu
terjadi ketika mereka memeluk Islam. Manisnya imanlarut dalam hati
mereka. Mereka menjadikan Alquran dan Sunnah Nabi ﷺ sebagai panduan
kehidupan.
Saat para pemuda mempelajari akidah ahlussunnah wal jamaah.
Mempelajarinya dengan sebenar-benarnya. Tidak menyimpang dalam
mengkajinya. Memahaminya dengan apa yang dipahami oleh Rasulullah ﷺ dan
para sahabatnya radhiallahu ‘anhum. Maka dengan izin Allah, keamanan dan
kemakmuran akan terwujud.
Di antara contoh akidah ahlussunnah wal jamaah adalah mereka tidak
memvonis kafir seseorang dengan dosa yang belum melewati batas tersebut.
Misalnya: mereka tidak mengkafirkan seseorang yang meminum khamr,
berzina, mencuri, membunuh, memakan harta riba. Hanya saja mereka
meyakini orang-orang tersebut telah mengurangi kadar kesempurnaan iman
mereka dengan kadar yang besar. Tidak diragukan lagi tentang hal itu.
Tapi mereka tidak mengkafirkan, walaupun mereka wafat dan belum sempat
bertaubat atas apa yang telah mereka lakukan.
Keyakinan mereka adalah jika Allah berkehendak, Allah mengampuni dan
memaafkan mereka atau memasukkan mereka ke dalam surga setelah mereka
diadzab di neraka. Namun ingat! Mereka tidak mengatakan apa yang telah
dilakukan itu adalah halal. Mereka tidak mengatakan khamr itu halal.
Atau riba itu halal. Atau zina itu halal. Mereka tidak mengatakan
orang-orang yang melakukan perbuatan haram itu kafir keluar dari Islam.
Jika kita perhatikan orang-orang yang berpemikiran ekstrim dan
menyimpang ini, mereka keliru dalam prinsip dasar ahlussunnah ini.
Sehingga mereka mengkafirkan kaum muslimin. Bahkan lebih mengherankan
lagi, di antara mereka ada yang mengkafirkan kaum muslimin dalam perkara
mubah. Mereka memvonis kafir umat Islam secara serampangan. Hanya
mengikuti hawa nafsu saja.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Contoh lain dari akidah ahlussunnah wal jamaah adalah wajib menaati
pemimpin walaupun mereka zhalim. Banyak hadits-hadits dari Nabi ﷺ
tentang hal ini. barangsiapa yang menyelisihi prinsip ini, maka ia
berdosa dan telah berbuat kemaksiatan serta menyelisihi jalannya
orang-orang yang beriman.
Kemudian muncullah kelompok yang menyimpang dari akidah ahlussunnah
wal jamaah ini. Mereka melanggar kesetiaan kepada pemimpin dan memecah
belah jamaah kaum muslimin. Pemikiran mereka tercampuri kerancuan yang
bertentangan dengan Alquran dan Sunnah Rasulullah ﷺ.
Kedua: Tidak memahami fikih syariat yang dibangun berdasarkan Alquran dan Sunnah yang shahih.
Setiap amalan/ibadah yang tidak cocok dengan syariat, maka ia
tertolak. Dan di antara perkara yang banyak tidak diketahui oleh kaum
muslimin pada hari ini adalah pokok-pokok permasalahan jihad.
Jihad adalah amalan agung dalam agama ini. Syariat memberikan porsi
perhatian yang besar padanya. Banyak ayat dan hadits yang menerangkan
tetang jihad. Demikian juga para ulama yang mumpuni keilmuannya, membuat
tulisan-tulisan khusus tetang permasalahan ini. mereka menjelaskan
hakikat jihad, syarat-syaratnya, kewajiban-kewajibannya,
penghalang-penghalangnya, adab-adabnya, dan lain-lain. dengan penjelasan
yang rinci.
Ketika banyak pemuda yang tidak mengetahui hokum-hukum ini, namun
mereka menggelorakan syiar jihad, terjadilah kerusakan pada umat ini.
Kaum muslimin secara umum pun mendapat musibah dari apa yang mereka
lakukan. Tidak ada contoh jihad syr’i pada mereka dan jihad yang sesuai
syariat pun berlepas diri dari mereka.
Dampak dari ketidak-tahuan tentang fikih jihad ini adalah permusuhan
mereka terhadap negeri-negeri Islam. Bahkan mereka memusuhi negeri
dimana di sana ada Kota Mekah dan Madinah, Arab Saudi. Kita lihat mereka
menyerang orang-orang yang sedang menunaikan shalat. Mereka sangka itu
adalah jihad. Itu adalah pengakuan dusta, pengkhianatan terhadap kaum
muslimin, dan kerusakan akhlak. Jauh sekali dari nilai-nilai luhur yang
diajarkan oleh syariat Islam. Bahkan tidak diterima oleh akal sekalipun.
Lihatlah jihad yang orang-orang seperti ini lakukan. Mereka membunuh
orang-orang tidak bersalah. Membunuh kaum muslimin di rumah-rumah
mereka, di jalan-jalan, di pasar-pasar, di tempat kerja, bahkan di
masjid.
Lihatlah jihad yang mereka lakukan. Jihad yang membunuh jiwa-jiwa
yang dijaga syariat. Jiwa-jiwa yang tidak bersalah. Mereka melakukan
pembunuhan hanya karena beda warna kulit dan kewarga-negaraan.
Lihatlah jihad palsu yang mereka lakukan. Aksi membuat onar yang
menghalalkan apa yang Allah ﷻ haramkan. Bahkan di antara mereka kita
lihat menyerang Kota Madinah, kota Nabi Muhammad ﷺ.
Inikah jihad? Jihad yang diajarkan oleh Muhammad ﷺ? Demi Allah, ini
bukan jihad. Apa yang mereka lakukan adalah bisikan dari setan kepada
orang-orang yang tidak berpengetahuan.
حَتَّىٰ إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ ۗ
“Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan
kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup.” (QS:An-Nuur | Ayat: 39).
Ketiga: Mereka jauh dari bimbingan ulama yang kokoh dan mendalam ilmunya dalam memahami Alquran dan Sunnah.
Mereka jauh dari ulama yang menasehati umat. Yang menasehati penguasa
dan rakyat. Mereka jauh dari ulama karena terpengaruh dengan da’i-da’i
yang melabeli para ulama dengan gelaran buruk. Yang menggelari para
ulama dengan ulamanya penguasa, ulama yang menjual agama untuk kedudukan
dunia, ulama yang berfatwa sesuai dengan kehendak penguasa, ulama yang
sombong, tidak rendah hati terhadap anak muda, ulama yang hanya
menguasai pembahasan thahrah, haid, dan nifas, lalu mereka pun lari
kepada penyeru-penyeru jihad yang tidak membawa kebaikan itu.
Saudaraku kaum muslimin,
Inilah keadaan yang terjadi pada banyak pemudah muslim terhadap ulama
mereka. Setelah demikian, apakah mereka akan menerima nasihat para
ulama? Apakah mereka akan duduk bermajelis di majelisnya para ulama?
Akankah mereka menerima arahan ulama? Jauh sungguh jauh.
Sungguh, berprasangka buruk terhadap ulama yang menjadi rujukan umat
adalah sebuah kerugian dan kehinaan. apalagi buruk sangka ini muncul
dari anak muda yang masih belia, yang umurnya masih seorang penuntut
ilmu biasa. Yang ia masih begitu dipengaruhi emosi dan semangat.
Keempat: Belajar kepada orang-orang yang mengutamakan hawa nafsu dan rusak pemikirannya.
Ini adalah hasil yang didapat dari seseorang yang jauh dari akidah
yang benar dan jauh dari ulama. Kita lihat, banyak pemuda Islam membaca
buku-buku yang cenderung ke pemikiran ekstrim. Seperti dalam sebuah buku
dikatakan, “Sungguhnya manusia semuanya telah murtad menuju ke
peribadatan semsa hamba Allah, menuju ajaran-ajaran yang jauh dari
kalimat laa ilaaha illallaah. Walaupun sebagian dari mereka tetap
melantangkan adzan dengan kalimat itu. Namun mereka jauh dari
konsekuensi kalimat tersebut”. Penulis ini juga mengatakan, “Umat
manusia telah kembali ke zaman jahiliyah. Mereka murtad dari kalimat laa
ilaaha illallaah”. Penulis yang mengatakan ini, buku-bukunya tersebar
di kalangan pemuda Islam. Bahkan ia dianggap sebagai tokoh pembaru di
zaman sekarang. dialah Sayyid Quthub.
وَاللهُ نَسْأَلُ أَنْ يُجْنِبْنَا وَإِيَّاكُمْ أَسْبَابَ الضَّلَالَةِ
وَالزَيْغِ وَالفِتَنِ وَأَنْ يُثْبِتَنَا عَلَى الصِرَاطِ المُسْتَقِيْمِ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar