Kamis, 25 Juni 2020


AL-ANBIYAA (21) : 100-103

100. mereka merintih di dalam api dan mereka di dalamnya tidak bisa mendengar.
101. bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka,
102. mereka tidak mendengar sedikitpun suara api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh mereka.
103. mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh Para malaikat. (Malaikat berkata): "Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu".
{لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ}
Mereka merintih di dalam api. (Al-Anbiyai 100)
Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman Allah Swt.:

106. Adapun orang-orang yang celaka, Maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih),

-       Yang dimaksud dengan zafir ialah embusan napas, sedangkan yang dimaksud dengan syahiq ialah tarikan napas.
-       Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudail, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman Al-Mas'udi, dari ayahnya yang mengatakan bahwa ibnu Mas'ud r.a. pernah berkata, "Apabila yang tertinggal di dalam neraka hanyalah orang-orang yang ditakdirkan kekal di dalamnya, maka mereka dimasukkan ke dalam peti-peti dari api yang dipaku dengan api pula mengunci mereka.
-       Tiada seorang pun yang melihat mereka sedang diazab kecuali orang-orang yang bersangkutan sendiri." Kemudian Abdullah ibnu Mas'ud membaca firman-Nya: Mereka merintih di dalam api dan mereka di dalamnya tidak bisa mendengar. (Al-Anbiya: 100)
-       Ibnu Mas'ud r.a. membacanya layusma'un, yakni suara rintihan mereka di dalam neraka tidak dapat didengar (pent).
-       Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Hajjaj ibnu Muhammad, dari Al-Mas'udi, dari Yunus ibnu Hibban, dari Ibnu Mas'ud,

-       Dan mereka berteriak di dalam Neraka itu :
37. dan mereka berteriak di dalam neraka itu : "Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami niscaya Kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah Kami kerjakan". dan Apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. (QS. Fathir, 35:37).

-       Penduduk neraka akan menangis sampai air mata mereka habis, sehingga yang keluar dari matanya adalah darah, ya darah, bukan air lagi! Mereka merintih dan memohon agar dapat dikeluarkan dari siksa neraka, mereka berjanji akan beramal shalih jika dikembalikan di dunia. Namun harapan mereka adalah harapan kosong dan doa mereka adalah doa yang sia-sia. Malaikat berkata: “SESUNGGUHNYA KALIAN AKAN TETAP BERADA DI NERAKA INI.” Dikarenakan :

1. TIDAK MENGIKUTI AL QUR’AN
-       Penghuni Neraka amat menyesal telah mendustakan ayat-ayat Allah SWT sewaktu di Dunia sehingga mereka jadi masuk Neraka, sebagaimana digambarkan dalam firman-Nya :

Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke Neraka, lalu mereka berkata: "KIRANYA KAMI DIKEMBALIKAN (KE DUNIA) DAN TIDAK MENDUSTAKAN AYAT-AYAT ROBB KAMI, serta menjadi orang-orang yang beriman", (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). (QS. Al An’am, 6:27).

2. TIDAK MENJADI MUSLIM
-       Penghuni Neraka menyesal karena sewaktu di Dunia tidak menjadi seorang muslim, sebagaimana digambarkan dalam firman Allah SWT :

Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, KIRANYA MEREKA DAHULU (DI DUNIA) MENJADI ORANG-ORANG MUSLIM. (QS. Al Hijr, 15:2).

Maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) NISCAYA KAMI MENJADI ORANG-ORANG YANG BERIMAN". (QS. As Syu’ara, 26:102).

3. TIDAK TAAT PADA ALLAH SWT DAN ROSUL-NYA
-       Penghuni Neraka juga menyesali karena sewaktu di Dunia tidak taat kepada Alloh dan Rosul-Nya, sebagaimana firman Alloh SWT sebagai berikut :

Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam Neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, ANDAIKATA KAMI TAAT KEPADA ALLAH DAN TAAT (PULA) KEPADA ROSUL". (QS. Al Ahzab, 33:66).

4. TIDAK BERAMAL SHOLEH
-       Penghuni Neraka sangat menyesal karena sewaktu di Dunia tidak sempat melakukan kegiatan amal sholeh bahkan sering meninggalkannya, seperti meninggalkan sholat dan meninggalkan bahkan melalaikannya amanah-amanah yang telah diberikannya. Penyesalan penghuni Neraka ini digambarkan dalam firman-Nya :
  
Dan pada hari itu diperlihatkan Neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: "ALANGKAH BAIKNYA KIRANYA AKU DAHULU MENGERJAKAN (AMAL SALEH) UNTUK HIDUPKU INI". (QS. Al Fajr, 89:23-24).

HADITS SHAHIH TENTANG DZULQA’DAH
Hadis dari Abu Bakrah radliallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
Sesungguhnya zaman berputar sebagai mana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram (suci), tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar, antara Jumadi Tsani dan Sya’ban.” (HR. Bukhari 3197 & Muslim 4477)

Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اعْتَمَرَ أَرْبَعَ عُمَرٍ كُلُّهُنَّ فِي ذِي الْقَعْدَةِ إِلَّا الَّتِي مَعَ حَجَّتِهِ: عُمْرَةً مِنَ الْحُدَيْبِيَةِ، أَوْ زَمَنَ الْحُدَيْبِيَةِ فِي ذِي الْقَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ الْعَامِ الْمُقْبِلِ فِي ذِي الْقَعْدَةِ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan umrah sebanyak empat kali, semuanya di bulan Dzul Qo’dah, kecuali umrah yang dilakukan bersama hajinya. Empat umrah itu adalah umrah Hudaibiyah di bulan Dzul Qo’dah, umrah tahun depan di bulan Dzul Qo’dah, (HR. Bukhari 1780 & Muslim 1253)

Masyarakat jahiliyah dan Bulan Dzulqa’dah
Masyarakat arab sangat menghormati bulan-bulan haram, baik di masa jahiliyah maupun di masa islam, termasuk diantaranya bulan Dzul Qo’dah. Di zaman jahiliyah, bulan Dzul Qo’dah merupakan kesempatan untuk berdagang dan memamerkan syair-syair mereka. Mereka mengadakan pasar-pasar tertentu untuk menggelar pertunjukkan pamer syair, pamer kehormatan suku dan golongan, sambil berdagang di sekitar Mekkah, kemudian selanjutnya mereka melaksanakan ibadah haji. Bulan ini menjadi bulan aman bagi semuanya, satu sama lain tidak boleh saling mengganggu. (Khazanatul Adab, 2/272)
Ada beberapa pasar yang mereka gelar di bulan Dzul Qo’dah, diantaranya adalah pasar Ukkadz. Letak pasar ini 10 mil dari Thaif ke arah Nakhlah. Pasar Ukkadz diadakan sejak hari pertama Dzul Qo’dah hingga hari kedua puluh. (Al Mu’jam Al Wasith, kata: Ukkadz) Setelah pasar Ukkadz selesai, mereka menggelar pasar Majinnah di tempat lain. Pasar ini digelar selama 10 hari setelah selesainya pasar Ukkadz. Setelah selesai berdagang dan pamer syair, selanjutnya mereka melaksanakan ibadah haji. (al-Aqdul Farid, 2/299).

Bulan Dzulqadah Termasuk Bulan Haram
Bulan Dzulqadah saat ini termasuk bulan haram yakni bulan suci. Pada bulan suci semacam bulan ini dilarang keras melakukan tindak kejahatan dan maksiat.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)

Disebut dengan bulan haram karena pada bulan tersebut diharamkan maksiat dengan keras, begitu pula pembunuhan. Demikian kata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di dalam kitab beliau Taisir Al Karimir Rahman.

Ibnu ’Abbas mengatakan, ”Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci,
a.    melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan
b.    amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.” (Latho-if Al Ma’arif, 207)
Dalam Tafsir Al Jalalain disebutkan, Janganlah menzhalimi diri kalian sendiri”, yaitu janganlah berbuat maksiat pada bulan-bulan haram karena dosanya lebih besar.

(QS. Al Munaafiquun, 63:10).
(#qà)ÏÿRr&ur `ÏB $¨B Nä3»oYø%yu `ÏiB È@ö6s% br& šÎAù'tƒ ãNä.ytnr& ßNöqyJø9$# tAqà)usù Éb>u Iwöqs9 ûÓÍ_s?ö¨zr& #n<Î) 9@y_r& 5=ƒÌs% šX£¢¹r'sù `ä.r&ur z`ÏiB tûüÅsÎ=»¢Á9$# ÇÊÉÈ  
-       Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu lalu ia berkata: "YA ROBB-KU, MENGAPA ENGKAU TIDAK MENANGGUHKAN (KEMATIAN)KU SAMPAI WAKTU YANG DEKAT, YANG MENYEBABKAN AKU DAPAT BERSEDEKAH DAN AKU TERMASUK ORANG-ORANG YANG SHOLEH?".

5. MENGIKUTI ORANG KAFIR
-       Penghuni Neraka sangat menyesal karena telah salah dalam mengambil pemimpin sewaktu di Dunia, yaitu pemimpin orang-orang kafir, sebagaimana firman-Nya :
tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#qãèt7¨?$# öqs9 žcr& $oYs9 Zo§x. r&§t6oKoYsù öNåk÷]ÏB $yJx. (#râ䧍t7s? $¨ZÏB 3 y7Ï9ºxx. ÞOÎgƒÌãƒ ª!$# öNßgn=»yJôãr& BNºuŽy£ym öNÍköŽn=tæ ( $tBur Nèd tûüÅ_̍»yÎ/ z`ÏB Í$¨Y9$# ÇÊÏÐÈ  
Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "SEANDAINYA KAMI DAPAT KEMBALI (KE DUNIA), PASTI KAMI AKAN BERLEPAS DIRI DARI MEREKA, SEBAGAIMANA MEREKA BERLEPAS DIRI DARI KAMI." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api Neraka. (QS. Al Baqoroh, 2:167).

`tBur È,Ï%$t±ç tAqߧ9$# .`ÏB Ï÷èt/ $tB tû¨üt6s? ã&s! 3yßgø9$# ôìÎ6­Ftƒur uŽöxî È@Î6y tûüÏZÏB÷sßJø9$# ¾Ï&Îk!uqçR $tB 4¯<uqs? ¾Ï&Î#óÁçRur zN¨Yygy_ ( ôNuä!$yur #·ŽÅÁtB ÇÊÊÎÈ  
DAN BARANGSIAPA YANG MENENTANG RASUL SESUDAH JELAS KEBENARAN BAGINYA, DAN MENGIKUTI JALAN YANG BUKAN JALAN ORANG-ORANG MUKMIN, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (QS. An Nisa, 4:115).

6. SALAH MEMILIH TEMAN (PERGAULAN)
-       Penghuni Neraka juga sangat menyesal karena sewaktu di Dunia salah memilih teman akrabnya. Ternyata teman akrabnya membawanya kedalam Neraka, sebagaimana firman-Nya : (QS. Al Furqon, 25:27-29).
Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rosul". KECELAKAAN BESARLAH BAGIKU, KIRANYA AKU (DULU) TIDAK MENJADIKAN SIFULAN ITU TEMAN AKRAB(KU). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an ketika Al Qur’an itu telah datang kepadaku dan adalah syaithon itu tidak mau menolong manusia.
TAFSIR AYAT 101
{إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى}
Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami. (Al-Anbiya: 101)

Menurut Ikrimah, kebaikan itu berupa rahmat. Sedangkan menurut yang lain adalah kebahagiaan.
{أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ}
mereka itu dijauhkan dari neraka. (Al-Anbiya: 101)
-       Setelah menceritakan keadaan ahli neraka dan siksaan yang dialami mereka karena kemusyrikan mereka kepada Allah, lalu Allah mengiringinya dengan kisah tentang orang-orang yang berbahagia, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
-       Mereka adalah orang-orang yang telah ditetapkan kebahagiaannya oleh Allah, berkat amal-amal saleh yang telah mereka kerjakan selama di dunia. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain oleh firman-Nya:
{لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ}
Bagi orang-orang yang berbuat baik ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. (Yunus: 26)
{هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ}
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (Ar-Rahman: 60)

-       Sebagaimana mereka telah berbuat kebaikan di dunia, maka
1.      Allah berbuat baik pula saat kepulangan mereka, juga
2.      Memberi mereka pahala serta
3.      Menyelamatkan mereka dari azab dan
4.      Memberikan kepada mereka pahala yang berlimpah. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ. لَا يَسْمَعُونَ حَسِيسَهَا}
mereka itu dijauhkan dari neraka, mereka tidak mendengar sedikit pun suara api neraka. (Al-Anbiya: 101-102)

-       Yakni mereka tidak mendengar suara apinya yang membakar tubuh-tubuh yang ada di dalamnya.
-       Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari ayahnya, dari Abu Usman Al-Hariri, dari Abu Usman sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka tidak mendengar sedikit pun suara api neraka. (Al-Anbiya: 102)
-       Yaitu suara ular-ularnya yang ada di atas Sirat mematuki ahli neraka. Bila ular-ular itu mematuki mereka, ia mengeluarkan suara tertentu.

Tentang azab orang kafir
-       Dalam sebuah dialog antara Nabi dan sahabat, Rasul bersabda : Adakah engkau ketahui, kepada siapa diturunkan ayat ini? Thaha/20 ayat 124 :

(Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit)
-       Para sahabat pun menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.
-       Nabi Bersabda: azab bagi orang kafir di dalam kuburnya itu berupa siksa sembilan puluh sembilan tinnin. Tahukakah kamu apa itu tinnin? Yaitu sembilan puluh sembilar ular. Sedang tiap-tiap ular itu mempunyai tujuh kepala yang mencakar, menjilat (menggigit) dan meniup hingga bengkak pada tubuh orang kafir. Adzab itu berlangsung hingga kiamat (Al-Hadist).
-       Imam Al-Ghazali menyebutkan, bahwa azab itu merupakan jelmaan dari sifat-sifat yang tercela, dari sombong, riya, dengki, tipu, busuk hati dan sifat-sifat lainnya, yang berbilang-bilang dan bercabang-cabang. Sehingga akhirnya menjelma di alam kubur berupa kalajengking dan ular.

°°SYUJA'UL AQRA°°
-       Ular yang ditugaskan untuk menyiksa muslimin yang melalaikan shalat fardhu di alam kubur.
-       Allah yang akan memasukan ular berbisa itu ke dalam kubur (orang2 yang meninggalkan Shalat Wajib).
a.      Kedua mata ular itu terbuat dari api neraka,
b.      kuku kukunya terbuat dari besi, panjang setiap kukunya sepanjang sehari perjalanan. Ular itu akan memekik kepadanya, "Saya adalah Syuja'ul Aqro'! " suaranya seperti petir yang menyambar..
Ia berkata lagi :
"Tuhanku telah memerintahkan aku untuk menderamu, karena
1.      kamu telah menyia-nyiakan waktu shalat subuh hingga ke waktu zhuhur,
2.      karena kamu telah menyia-nyiakan waktu shalat zhuhur hingga ke waktu ashar,
3.      karena kamu telah menyia-nyiakan waktu shalat ashar hingga ke waktu magrib,
4.      karena kamu telah menyia-nyiakan waktu shalat magrib hingga ke waktu isya,
5.      karena kamu telah menyia-nyiakan waktu shalat isya hingga ke waktu subuh".
-       Setiap pukulan akan membenamkan orang itu ke dalam tanah sedalah tujuh puluh hasta,
-       lalu dengan kukunya ular itu akan mencungkilnya lagi keluar dari tanah, terus berulang-ulang sampai ke hari Kiamat.
(Kitab Tanbihul Ghafilin)
"Semoga Allah SWT selamatkan kita semua dari ngerinya siksa kubur.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِجَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ
“Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.”

TAFSIR AYAT 102
{وَهُمْ فِي مَا اشْتَهَتْ أَنْفُسُهُمْ خَالِدُونَ}
dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh jiwa mereka. (Al-Anbiya: 102)

-       Allah menyelamatkan mereka dari semua yang dihindari dan yang dibenci, juga memberikan kepada mereka semua yang diminta dan yang disukai.
-       Ibnu Abu Hatim mengatakan, bahwa Ali , Umar, Usman termasuk dari mereka, juga Talhah dan Abdur Rahman. Atau Ali menyebutkan bahwa Sa'd termasuk dari mereka.
-       Mereka adalah kekasih-kekasih Allah, mereka melalui Sirat dengan kecepatan yang lebih cepat daripada kilat, lalu yang tertinggal adalah orang-orang kafir, mereka berada di neraka dalam keadaan berlutut.
-       Menurut suatu pendapat, mereka adalah
1.      para malaikat,
2.      Isa, dan lain sebagainya
3.      Uzair

Rasulullah Saw, bersabda:
كُلُّ مَنْ أحَبَّ أَنْ يُعْبَدَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَهُوَ مَعَ مَنْ عَبَدَهُ، إِنَّهُمْ إِنَّمَا يَعْبُدُونَ الشَّيَاطِينَ وَمَنْ أمَرَتْهُم بِعِبَادَتِهِ.
Setiap orang yang suka disembah selain Allah, maka dia dikumpulkan bersama orang-orang yang menyembahnya. Sesungguhnya mereka hanya menyembah setan dan mengikuti orang yang memerintahkan mereka agar menyembahnya.

Lalu Allah menurunkan firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ. لا يَسْمَعُونَ حَسِيسَهَا وَهُمْ فِي مَا اشْتَهَتْ أَنْفُسُهُمْ خَالِدُونَ}
Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka dijauhkan dari neraka, mereka tidak mendengar sedikit pun suara api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh jiwa mereka. (Al-Anbiya: 101-102)
Firman Allah Swt.:
{لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الأكْبَرُ}
Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat). (Al-Anbiya: 103)

-       Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah kematian, menurut apa yang diriwayatkan oleh Abdur Razzaq, dari Yahya ibnu Rabi'ah, dari Ata.
-       Menurut pendapat lainnya, maksudnya ialah tiupan sangkakala, menurut Al-Aufi, dari Ibnu Abbas dan Abu Sinan Sa'id ibnu Sinan Asy-Syaibani; pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir di dalam kitab tafsirnya.
-       Menurut pendapat yang lainnya lagi, maknanya ialah saat seorang hamba diperintahkan untuk masuk neraka; pendapat ini dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri.
-       Menurut pendapat yang lainnya lagi, makna yang dimaksud ialah saat neraka ditumpahkan kepada para penghuninya; pendapat ini dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair dan Ibnu Juraij.
-       Pendapat yang lainnya lagi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah saat maut disembelih di antara surga dan neraka; pendapat ini dikatakan oleh Abu Bakar Al-Huzali, menurut riwayat yang dikemukakan oleh Ibnu Abu Hatim bersumber darinya.
*******************
{وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ}
dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata), "Inilah hari kalian yang telah dijanjikan kepada kalian." (Al-Anbiya: 103)

Yakni para malaikat berkata kepada mereka, memberitahukan akan datangnya hari kembali mereka (kepada Allah), yaitu disaat mereka dikeluarkan dari kuburnya. Perkataan para malaikat itu ialah:
{هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ}
Inilah hari kalian yang telah dijanjikan kepada kalian. (Al-Anbiya: 103)
Yaitu berharaplah kalian untuk memperoleh balasan yang menyenangkan kalian.
Banyak ayat di dalam al-Qur’an yang menjelaskan tentang percakapan yang terjadi di akhirat kelak. Percakapan tersebut ada yang terjadi
1.      antara malaikat dan penghuni surga serta neraka,
2.      antara penghuni surga dan penghuni neraka,
3.      maupun antara sesama penghuni surga atau neraka.
Allah menjelaskan percakapan di dalam surga dan neraka secara berulang-ulang. Hal ini merupakan indikasi bahwa Allah ingin agar kita memperhatikan. Oleh karena itu, tugas kita adalah memperhatikannya, dengan harapan untuk mendapatkan surga dan berusaha untuk melindungi diri dari api neraka.

Antara Malaikat dan penghuni Surga
-       Malaikat adalah makhluk yang paling taat kepada Allah, tidak pernah membangkang perintah Allah ataupun melakukan perbuatan dosa.
-       Mereka adalah hamba yang dimuliakan,  selalu memuji Allah, bertasbih serta mengagungkan asma Allah. Mereka selalu ada bersama manusia sejak manusia masih berupa janin hingga maut menyapa.
-       Merekalah yang diutus oleh Allah untuk meniupkan ruh ke dalam janin, mereka mencatat perbuatan baik dan buruk, dan mencabut ruh dari tubuh kita pada saat kematian.
-       Setelah kematian pun manusia masih akan terus bersama para malaikat utusan Allah, bahkan saat itu manusia dapat berkomunikasi kepada mereka.
-       Salah satu ayat yang menjelaskan percakapan antara malaikat dan penghuni Surga adalah firman Allah dalam surat az-Zumar: 73-74.
 وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ (73) وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ وَأَوْرَثَنَا الأرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ فَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ 
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Rabbnya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu, sedangkan pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedangkan kamu kekal di dalamnya.” Dan mereka mengucapkan, “Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini, sedangkan kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja kami kehendaki.” Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.”
-       Ibnu Katsir ketika menjelaskan, ayat ini menceritakan, keadaan orang-orang yang bahagia, yaitu orang-orang mukmin, pada saat mereka digiring untuk dimasukkan ke dalam surga secara berombong-rombongan.
-       Masing-masing rombongan digabungkan bersama orang-orang yang setara kedudukannya, yaitu
1.      para nabi dengan para nabi,
2.      kaum siddiqin bersama orang-orang yang setara dengan mereka,
3.      para syuhada bersama orang yang sejenis dengan mereka, dan
4.      para ulama bersama teman-temannya;
5.      setiap golongan bersama golongan yang setingkat satu sama lainnya.
-       Ketika mereka telah melampaui sirat, mereka diberhentikan di sebuah jembatan yang memisahkan antara surga dan neraka, kemudian dilakukanlah hukum qisas yang terjadi di antara mereka ketika di dunia. Setelah diri mereka telah dibersihkan dan diri mereka telah suci dari dosa-dosa, barulah mereka diizinkan untuk memasuki surga.
-       Ketika mereka telah sampai ke surga, para malaikat penjaga surga menyambut kedatangan mereka dengan berita gembira, salam, dan pujian.
-       Sebagaimana Malaikat Zabaniyah (malaikat juru siksa) menyambut kedatangan orang-orang kafir dengan caci maki dan kecaman. Maka apabila hal itu terjadi, ahli surga merasa berbahagia, senang, gembira, dan riang; masing-masing merasakannya sesuai dengan kenikmatan yang telah disediakan baginya di dalam surga.
-       Mereka berkata, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu!” Yakni alangkah baiknya amal perbuatan dan ucapan kalian, alangkah baiknya usaha kalian, dan alangkah baiknya balasan pahala kalian. “Maka masukilah surga ini, sedangkan kamu kekal di dalamnya.”  Tinggallah kalian di dalamnya untuk selama-lamanya, kalian tidak akan mau pindah darinya.
-       Orang-orang mukmin itu apabila telah menyaksikan pahala mereka yang berlimpah di dalam surga dan pemberian yang besar, nikmat yang abadi, dan kerajaan yang besar, maka pada saat itu mereka mengatakan: Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami.” Apa yang mereka dapatkan sebagaimana yang mereka harapkan dan panjatkan kepada Allah selama hidup mereka.

رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ}
Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji. (Ali Imran: 194)

Dan mereka mengatakan pula dalam doanya:
 {وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ}
dan mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami ke (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran” (QS. Al-A’raf: 43)


HADITS #25-26 KITAB ARBA'IN

Hadits Ke- 25 عَنْ أَبِى ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- ...