RIYADUS
SHOLIHIN NOMOR 15
وعنْ أبي
حَمْزَةَ أَنَس بن مَالِكٍ الأَنْصَارِيِّ خَادِمِ رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم ، رضي الله عنه قال : قال رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : للَّهُ
أَفْرحُ بتْوبةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سقطَ عَلَى بعِيرِهِ وقد أَضلَّهُ في
أَرضٍ فَلاةٍ متفقٌ عليه .
وفي رواية
لمُسْلمٍ : « للَّهُ أَشدُّ فرحاً بِتَوْبةِ عَبْدِهِ حِين يتُوبُ إِلْيهِ مِنْ
أَحَدِكُمْ كان عَلَى راحِلَتِهِ بِأَرْضٍ فلاةٍ ، فانْفلتتْ مِنْهُ وعلَيْها
طعامُهُ وشرَابُهُ فأَيِسَ مِنْهَا ، فأَتَى شَجَرةً فاضْطَجَعَ في ظِلِّهَا ، وقد
أَيِسَ مِنْ رَاحِلتِهِ ، فَبَيْنما هوَ كَذَلِكَ إِذْ هُوَ بِها قَائِمة عِنْدَهُ
، فَأَخذ بِخطامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الفَرحِ : اللَّهُمَّ أَنت عبْدِي وأَنا
ربُّكَ، أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الفرح »
15. Dari Abu Hamzah yaitu Anas bin Malik al-Anshari r.a., pelayan Rasulullah s.a.w., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Niscayalah Allah itu lebih gembira dengan taubat hambaNya daripada gembiranya
seseorang dari engkau semua yang jatuh di atas untanya dan oleh Allah
ia disesatkan di suatu tanah yang luas." (Muttafaq
'alaih)
- Muhammad Saw. sebagai sosok Nabi yang memiliki
kesempurnaan akhlak tentu menjadi panutan umat Islam seluruh dunia. Siapa pun
senang bergaul dengannya. Bahkan, tidak jarang
para sahabat ingin menjadi pelayan Nabi Muhammad Saw. Namun, tidak semuanya
memiliki kesempatan tersebut.
- Sejarah mencatat bahwa Pelayan Nabi Muhammad Saw.
memiliki tugas masing-masing dalam membantu keseharian Rasulullah. Tugasnya pun
bermacam-macam. Paling tidak, 5 sahabat ini meninggalkan sejarah bagaimana
caranya kita menghormati orang yang kita muliakan, seperti guru, kiai, dan
dosen. Berikut uraiannya:
1. Anas bin Malik Al Anshori (Anak dari Abi
Hamzah)
- Ibnu Asir dalam karyanya, Usudul
Ghabah fi Ma’rifatis Shahabah, menyebutkan bahwa Anas bin Malik,
putra Ummu Sulaim, menjadi sekertaris pribadi
Rasulullah selama sekitar 10 tahun.
- Ibunya menitipkan Anas pada saat ia masih berusia 8
tahun setelah Ayahnya (Abi
Hamzah) meninggal dunia.
- Nabi mendoakannya memiliki banyak harta dan anak.
Konon, Anas memiliki 80 anak lelaki dan dua orang perempuan.
2. Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami
Rabi’ah bin Ka’ab merupakan salah satu Ashhabus Shuffah yang
setia melayani Nabi Muhammad Saw. Karena keterbatasan teknologi waktu itu,
sehingga belum ditemukan sanyo, Ibnu Asir menyebutkan bahwa Rabi’ah biasa membantu Nabi dalam mengambilkan air wudu.
3. Abdullah bin Mas’ud
Fenomena merapihkan sandal yang dilakukan sebagaian santri merupakan
salah satu bentuk memulaikan guru atau kiai.
Sahabat Nabi, Abdullah bin Mas’ud, juga selalu melakukan hal tersebut.
Ia biasa memakaikan dan mencopot kedua sandal
Nabi. Sehingga ia mendapat julukan shahibu na’laih.
Selain itu, dia juga sahabat kepercayaan Rasulullah. Setiap kali wahyu turun, Abdullah bin Mas’ud
diperintah menghafal ayat tersebut, sebagaimana disebutkan Imam Nawawi
dalam Tahdzibul Asma wal Lughat.
4. Uqbah bin Amir
Bigal (hewan peranakan kuda dengan keledai) itu salah satu
kendaraan yang ditunggangi Nabi. Seperti halnya Abdullah bin Mas’ud, Uqbah bin
Amir juga memiliki julukan khusus, yaitu shahibu baghlatihi.
Ia bertugas menuntun bigal yang dinaiki
Nabi saat bepergian kemanapun, sebagaimana disebutkan Imam Nawawi
dalam Tahdzibul Asma wal Lughat.
5. Ummu Aiman
- Ummu Aiman wanita berkebangsaan Ethiopia
(Habasyah) ini merupakan budak yang dimerdekakan Abdullah, Ayah Rasulullah
Saw.
- Ummu Aiman salah satu orang yang berjasa dalam merawat Nabi dari kecil hingga dewasa. Umur
tidak ada yang menyangka, Rasulullah justru wafat
lima bulan lebih dulu dari Ummu Aiman, sebagaimana disebutkan dalam Usudul
Ghabah.
Dalam
riwayat Muslim disebutkan demikian:
"Niscayalah Allah itu lebih gembira dengan taubat
hambaNya ketika ia bertaubat
kepadaNya daripada gembiranya seseorang dari engkau semua yang berada di atas
kendaraannya - yang dimaksud ialah untanya
- dan
berada di suatu tanah yang luas,
kemudian menyingkirkan kendaraannya itu dari dirinya,
sedangkan di situ ada makanan
dan minumannya. Orang
tadi lalu berputus-asa. Kemudian
ia mendatangi sebuah pohon
terus tidur berbaring di bawah naungannya, sedang
hatinya sudah berputus asa sama sekali dari kendaraannya
tersebut. Tiba-tiba di kala ia berkeadaan sebagaimana di atas itu, kendaraannya itu tampak
berdiri di sisinya,
lalu ia mengambil
ikatnya. Oleh sebab sangat
gembiranya maka ia berkata: "Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah TuhanMu". Ia menjadi
salah ucapannya kerana amat gembiranya."
Keterangan:
Jadi
kegembiraan Allah Ta'ala di kala mengetahui ada hambaNya yang bertaubat itu
adalah lebih sangat dari kegembiraan orang yang
tersebut dalam ceritera di atas itu.
Bersyukur
menurut islam yakni wujud terimakasih seorang hamba
kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diperolehnya. Bersyukur dapat
diterapkan dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Allah Ta’ala
berjanji bahwa akan melipatgandakan karunianya kepada orang-orang yang
senantiasa bersyukur. Yaitu orang menerima takdirnya dengan ikhlas, lapang dada,
menghadapi cobaan dengan bersabar dan tidak mengeluh maka Allah akan
menaikkan derajat mereka. Sedangkan orang-orang yang kufur nikmat dan selalu
merasa kurang maka hidup mereka tidak diberkahi oleh Allah SWT.
Keutamaan
bersyukur dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat Ibrahim ayat 7:
“Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim
: 7)
Ayat
diatas menjelaskan bahwa umat islam diwajibkan untuk bersyukur. Bagaimanapun
kondisi kehidupannya, rasa syukur tetap harus dilantunkan untuk Sang Pencipta.
Sebab Allah lah yang telah memberikan kehidupan kepada manusia. Dan kehidupan
sendiri adalah suatu karunia yang luar biasa. Nah, berikut ini beberapa cara
bersyukur menurut islam.
1. Selalu
mengingat Allah dalam hati nurani
Cara
pertama sekaligus yang paling mudah bagi seorang hamba untuk bersyukur kepada
Allah Ta’ala yaitu dengan senantiasa memuji Allah di dalam hatinya. Selalu
mengingat Allah kapanpun dan dimanapun ia berada. Sejatinya, kita harus
menyadari bahwa diri kita ini Allah yang menciptakan. Alam semesta nan indah,
udara yang kita hirup, makan-makanan baik dari tumbuhan atau hewan, serta
orang-orang disekitar kita yang sayang dengan kita, semua adalah nikmat dari
Allah SWT. Oleh sebab itu, jagalah hati kita setiap detik untuk mengingat
kebesaran-Nya.
2. Menjauhi
penyakit hati
Penyakit-penyakit
yang bersemayam dalam hati bisa membuat kita menjadi seseorang yang kufur
nikmat. Sangat berbahaya, bahkan dapat memicu rusaknya iman. Maka itu, kita
harus bisa memurnikan hati ini dari hal-hal buruk, seperti perasaan hasad,
takabbur, riya’ atau ujub. Lalu bagaimana cara mensucikan hati dari penyakit?
Kita bisa memulai dengan rutin membaca Al-Quran, mengikuti kajian-kajian islam
dan menjauhi sesuatu yang tidak benar. Misalnya saja tontonan porno, berkumpul
dengan pecandu atau pezina, nongkrong di klub, segala hal tersebut harus kita
hindari agar diri kita tidak ikut terjerumus. Apabila hati kita bersih maka
akan mudah untuk mendekatkan diri pada Ilahi sekaligus memperbanyak rasa
syukur.
3. Mengucapkan
kalimat-kalimat pujian untuk Allah SWT
Rasa
syukur hendaknya juga diucapkan lewat lisan. Dengan melafalkan kata-kata nan
indah, pujian-pujian kepada Allah maka hal tersebut membuat kita semakin
dicintai oleh Sang Rabb Pemiliki Alam Semesta. Kita bisa memperbanyak
mengucapkan dzikir, seperti Subhanallah, Alhamdulillah, la illaaha illallah,
Allahhu Akbar, Subhanallahi wa bihamdihi.
Rasulullah
SAW bersabda:
·
“Dua kalimat yang ringan
diucapkan lidah, berat dalam timbangan, dan disukai (oleh) Allah Yang Maha Pengasih, yaitu
kalimat “Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil’Adzim”. (HR Bukhari dan
Muslim).
·
“Barang siapa mengucapkan
subhanallah wa bihamdihi seratus kali dalam sehari, ia akan diampuni segala
dosanya sekalipun dosanya itu Mistla zabadil bahri/sebanyak buih di laut”.(HR
Muslim dan Tirmidzi)
·
“Barang siapa mengucap subhanallah maka baginya sepuluh kebaikan. Barang siapa membaca la
ilahaillallah maka baginya duapuluh kebaikan.
Dan barng siapa membaca alhamdulillah baginya
tiga puluh kebaikan.”
4. Meningkatkan
ketaqwaan
Bersyukur
tidak hanya dilakukan lewat hati dan lisan saja, namun hendaknya juga
diwujudkan lewat perbuatan. Salah satunya dengan cara menjadi pribadi yang
bertaqwa. Menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Misalnya
dengan taat menjaga sholat lima waktu, melaksanakan zakar fitrah, membaca
Al-quran, menjalani puasa ramadhan dan mejauhi hal-hal yang berbau maksiat dan
tercela (seperti berzina, mengonsumsi khamar, berjudi, mencuri dan perilaku
buruk lainnya yang harus dijauhi).
Baca
juga:
5. Beramal
kepada orang-orang yang membutuhkan
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman Fa
ammaa bini’mati Robbika Fahaddits “Dan
terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur),” (QS.
Adh-Dhuha: 11)
Apabila
kita diberikan kelimpahan rezeki oleh Allah SWT, maka salah satu cara untuk
mengekspresikan rasa syukur yakni dengan berbagi kepada sesama manusia. Jangan
bersikap kikir. Ingatlah bahwa disebagian harta kita ada hak orang lain. Oleh
sebab itu, kita tidak boleh melupakan beramal ataupun bersedekah. Besar kecil
nominalnya tidak menjadi masalah. Asalkan kita ikhlas maka Allah pasti mencatat
amal kita dan memberikan pahala. Perbuatan beramal ini juga menunjukkan bahwa
kita ingin berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Di saat kita diberikan nikmat
berlebih, maka jangan ragu membagi-bagi nikmat itu kepada orang lain.
Baca
juga:
6. Mengadakan
acara syukuran
Ketika
kita memiliki hajat tertentu, dan hajat tersebut berhasil terwujud maka tidak
ada salahnya menggelar acara syukuran atau biasa disebut “selametan” oleh
orang-orang Jawa. Acara ini merupakan bentu rasa syukur kepada Allah SWT atas
terkabulnya doa. Biasanya Masyarakat Jawa dan Sunda mengadakan syukuran dengan
mengundang tetangga atau saudara, lalu menyuguhkan hidangan nasi dan lauk yang
enak. Atau beberapa juga ada yang membagi-bagikan sembako kepada fakir miskin.
Umumnya acara syukuran dilakukan untuk memperingati hari tertentu, seperti
pernikahan, kelahiran, khitanan, pindah rumah, kelulusan dan sejenisnya.
7. Jangan
selalu melihat ‘keatas’, tapi tengoklah orang-orang ‘dibawah’
Cara
bersyukur menurut islam selanjutnya yakni dengan bersikap ikhlas. Maksudnya
jangan selalu iri dengan nikmat orang lain. Jangan hanya melihat kehidupan
orang-orang yang lebih kaya, lebih sukses atau lebih rupawan dari kita. Tapi juga
lihatlah kehidupan orang dibawah kita. Orang-orang yang serba kekurangan, orang
yang mungkin fisiknya kurang sempurna, atau mereka yang hidup sendirian. Apakah
kita tidak malu mengeluh terus, sementara ada orang yang kehidupannya jauh
lebih susah namun mereka tetap bersabar? Dengan melihat orang-orang dibawah
kita, setidaknya kita bisa sadar bahwa nikmat yang kita dapatkan dari Allah
sudah sangat cukup. Jadi bersyukurlah, insyaAllah maka nikmat kita akan
ditambahkan oleh Sang Ilahi.
8. Senantiasa
tersenyum
“Senyum
manismu dihadapan saudaramu adalah shadaqah” (HR. Tirmidzi)
Wujud
syukur berikutnya yakni dengan memperbanyak senyum. Bukan berarti senyum-senyum
sendiri. Maksudnya senyum kepada orang lain, senyum disaat hati ingin marah,
senyum ketika dilanda cobaan, dan yang terpenting selalu menunjukkan raut wajah
ceria. Ketahuilah bahwa senyum itu tak sekedar membuat orang lain menjadi
senang. Tapi dihadapan Allah SWT, senyum itu bernilah ibadah yang merupakan
shodaqoh paling ringan. Maka dari itu, jangan bersikap terlalu jutek atau acuh
tak acuh. Cobalah untuk ramah. Jika memang kita sedang dalam suasana hati
bersedih, sebaiknya sembunyikan kesedihan tersebut dan janganlah membagikan
raut muka masam kepada orang lain.
9. Membagi
ilmu yang kita miliki
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Sebaik-baiknya manusia adalah
yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Thabrani dan
Daruquthni)
Apabila
kita termasuk orang yang memiliki ilmu tinggi dan berwawasan luas, baik itu
ilmu agama ataupun pendidikan umum, hendaknya kita membagi ilmu kita kepada
orang lain. Salah satu caranya dengan menjadi pendidik. Kita bisa memilih
profesi sebagai seorang guru, dosen, tenaga pengajar di LBB, atau sekedar
membuka les privat di rumah. Jika kita tidak mampu melakukan hal tersebut,
mendidik anak-anak kita sendiri itu pun sudah bernilai pahala. Cara lain kita
bisa men-share tulisan-tulisan yang bermanfaat di sosial media. Misalnya saja
tulisan tentang ayat Al-quran, hadist atau ilmu-ilmu lain yang bisa membuat
orang yang membacanya menjadi bertambah pengetahuannya.
Baca
juga:
10.
Merawat nikmat Allah SWT
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman “tidaklah kami mengutusmu, melainkan untuk
menjadi rahmat bagi sekian alam” (al-Anbiya: 107)
Cara
bersyukur menurut islam yang tidak kalah penting yaitu dengan merawat nikmat
yang telah diberikan oleh Allah SWT. Misalnya menjaga kelestarian alam, tidak
menebang pohon sembarangan atau membakar hutan. Kita juga harus merawat
lingkungan di sekitar kita dengan cara rutin menyapu, membuang sampah di
tempatnya, menyiram tanaman dan sebagainya.
Selain
alam, kita juga diharuskan menjaga dan merawat diri sendiri. Seperti melalukan
lulur badan, spa, facial, creambath atau hal-hal lain yang berkaitan dengan
merawat kecantikan diri diperbolehkan dalam islam. Dengan pengecualian tidak
merubah bentuk fisik, misalnya operasi plastik maka perbuatan ini jelas haram
hukumnya. Dijelaskan dalam hadist:
“Ada
seseorang yang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Bagaimana dengan seorang yang
suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah
itu indah dan menyukai keindahan” (HR. Muslim)
Bahagialah Secukupnya, Sedihlah
Seperlunya, Tapi
“Bersyukurlah Sebanyak-banyaknya”
16.
Dari Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asy'ari r.a., dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala itu membeberkan tanganNya - yakni kerahmatanNya -diwaktu malam untuk menerima taubatnya
orang yang berbuat kesalahan
di waktu siang dan juga
membeberkan tanganNya di waktu
siang untuk menerima
taubatnya orang yang
berbuat kesalahan di waktu malam. Demikian ini terus menerus sampai terbitnya matahari dari
arah barat - yakni di saat hamper tibanya hari kiamat, kerana setelah ini terjadi, tidak diterima lagi
taubatnya seseorang." (Riwayat Muslim)
إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat
dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Albaqarah [2]: 222)
Bahkan Allah dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam akan melenyapkan kita, jika kita tidak berdosa, kemudian kita
bertobat setelahnya. Sabdanya:
“Demi Yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, jika
kalian tidak melakukan dosa, maka Allah akan melenyapkan kalian. Kemudian Allah
mendatangkan orang-orang baru yang mereka melakukan dosa, lalu mereka memohon
ampun kepada Allah, dan Allah pun mengampuni mereka.” (HR Muslim)
Allah Maha penyayang dan Maha mencintai. Allah selalu
mengajak kita kepada tobat, walau sangat banyak dosa yang telah kita lakukan,
walau sangat besar kesalahan yang telah kita perbuat, walau sangat sering
keburukan yang telah kita jalankan, walau telah sangat lama kemaksiatan menjadi
kebiasaan kita. Allah berfirman:
قُلْ يَا
عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ
اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ
الرَّحِيمُ
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosasemuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS.
Az-Zumar [39]: 52)
Allah berfirman:
وَإِنِّي
لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang
bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.” (QS. Thaha [20]: 82)
Lebih menakjubkan lagi, Allah akan mengganti dengan
tobat dan istigfar segala keburukan dosa itu menjadi kebaikan. Subhanallah.
Allah berfirman:
إِلَّا
مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ
سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan
mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan
kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqan [25]: 70)
Dan dengan tobat pula, Allah akan mengaruniakan
kesenangan, kesejahteraan dan kebahagian hidup kepada kita. Allah berfirman:
وَأَنِ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا
إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan
bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan
memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang
telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai
keutamaan (balasan) keutamaannya.” (QS.
Hud [11]: 3)
17. Dari
Abu Hurairah r.a.,
katanya: Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Barangsiapa bertaubat sebelum
matahari terbit dari arah barat,
maka Allah menerima
taubatnya orang itu."
(Riwayat Muslim)
Keterangan:
Uraian dalam Hadis di atas sesuai dengan firman Allah dalam al-Quran al-Karim, surat Nisa', ayat 18
Taubat
itu tidaklah diterima bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan, sehingga di kala salah seorang dari mereka itu telah didatangi kematian - sudah dekat ajalnya dan ruhnya sudah di kerongkongan - tiba-tiba ia mengatakan:
"Aku sekarang bertaubat."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar