Alloh berfiman :
Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
Taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hudzurot:12)
Buruk sangka atau
su`udzon dapat merusak hati kita, merusak kebahagiaan kita, merusak akhlak
kita, dan juga bisa merusak janji manis Allah kepada kita. Apalagi sampai
menuduh temannya telah mengadu domba, bisa kita bayangkan betapa kejamnya
kata-kata itu. Mereka itu tidak sadar dengan kata-katanya sendiri, padahal
secara tidak dia sadari, dialah yang telah mengadu domba. Untuk itu alangkah
baiknya jika kita meneliti dan memahami sesuatu yang pernah kita lihat, sesuatu
yang pernah kita baca dan sesuatu yang pernah kita dengar, karena biasanya
manusia itu sering salah persepsi dalam menanggapi sesuatu yang menurut hatinya
tidak cocok, padahal dalam kenyataanya semua itu tidaklah berlebihan dan tidak
pantas untuk disu’dzoni. Perlu diketahui berbicara tanpa adanya bukti itu
adalah fitnah. “ Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan”.
Jadi ketika kita mau
memutuskan sesuatu, teliti dan pahami permasalahannya dulu, apa yang dibahas
apa yang akan dikatakan dan apa yang ditulis. Dan jika sudah faham maka
putuskan dengan kepala yang dinginkan dan hati yang tidak memihak siapa yang
paling berjasa atau yang paling dekat dengan kita. Karena kebanyakan manusia,
jika saudara atau teman dekat yang mempunyai masalah itu terkadang kita akan
lebih memihaknya tidak melihat apa penyebab utamanya dan apayang sebenarnya
terjadi itulah sikap ornag yang nudah terhasut oleh omongan ornag lain dan
akhirnya sikap su’udzon muncul.
Memang yang paling
sulit itu adalah menyadari kesalahan diri sendiri, terkadang tulisan dan
ceramah kita baik, akan tetapi dengan ketidak sadaran atau dengan kesadaran, hati
kita salah dalam berniat. Bermaksud baik tapi malah menyakiti. Mungkin jika
kita melakukannya tanpa niatan jelek, tetapi pekerjaan kita menyakiti orang
lain, padahal kita sudah berhati-hati dalam menggambarkan atau dalam
menceritakan pengalaman yang dialami oleh diri kita atau orang lain, itu bisa
dimaklumi, karena manusia itu sendiri mempunyai hati yang lembut, akan tetapi
mudah tersindir dan mudah salah persepsi dalam menanggapi sesuatu, apalagi
ketika mempunyai masalah.untuk itu, kita harus bisa melatih hati yang lembut
ini agar tidak terbawa emosi, karena hati akan menjadi keras, jahat dan sulit
untuk menerima kenyataan, jika kita tidak bisa menguasai emosi kita. Dan kalau
hati jahat sudah menguasai jiwa, itu sangat berahaya, karena teman terkadang
berniat untuk bercanda atau memaparkan sebuah kejadian untuk dijadikan
pelajaran yang berharga baik untuk diri sendiri atau secara umum, itu bisa kita
tanggapi dengan salah, jikalau hati kita sudah diselimuti aurah kebencian.
Orang bermaksud baik dianggap adu domba atau semacamnya. Padahal dalam
pemaparannya, sama sekali tidak ada kata-kata mengadu domba.
Hal-hal terpenting
yang harus kita lakukan agar tidak suudzon adalah:
a.
Meneliti apa yang sebenarnya
terjadi, jangan hanya kata dia dan kata dia. Karena hal yang semacam itu adalah
menggunjing.
b.
Diam, jika kita belum tahu kebenaran
yang belum pasti, karena jika kita nyerocos terhadap orang lain dengan cerita
yang tidak ada bukti, itu bukan menyelesaikan masalah, akan tetap menambah dan
mempersulit keadaan.
c.
Banyak belajar menilai seseorang, karena
banyak yang kita liat tidak sama dengan kenyataannya.
d.
Jangan mendengarkan perkataan seseorang
hanya dari satu mulut, karena bisa saja mulut orang itu carpak ( bohong ),
disamping itu mulut yang lain juga sama-sama mempunyai hujjah untuk
diperdengarkan. Setelah kita mendengar pernyataan mulut yang satu dan yang
satunnya barulah kita memutuskan perkara itu.
e.
Jangan berbuat sesuatu yang menyakitkan
teman atau saudara kita, atau melakukan hal yang dilarang syariat atau dilarang
negara dan perbuatan yang dimata masyarakat itu adalah perbuatan yang tidak
baik. Karena hal yang semacam itu bisa menimbulkan suudzon dan bisa membuat
orang lain menggunjing karena perbuatan itu.
Untuk itu marilah
kita sama-sama membuka kelapangan dada dan saling memahami satu sama lain, agar
kita tidak mudah berkata yang seharusnya tidak kita katakan. Sangat penting
kita mempunyai rasa solideritas dihati kita terhadap orang lain, dan rasa itu
tidak boleh hanya ditujukan kepada satu orang, karena kita ini hidup dikalangan
orang banyak. Boleh kita memihak satu orang asal kita mempunyai bukti yang kuat
untuk dijadikan pedoman. Jangan hanya dengar dari satu mulut dan kita
mempercayai perkataan itu, apalagi mulut yang berbicara tidak mempunyai bukti.
Karena jika kita langsung percaya, kita itu akan termasuk orang bodoh, yang
mudah diperdayai orang lain. Dan kalau kita bodoh, maka kita akan mudah
tertipu, kemudian sifat suudzonpun bisa melekat dihati dan fikiran kita.
Hilangkan sikap
suudzon itu karena sikap su’udzon dapat merusak semuanya dan orang yang selalu
su’udzon adalah orang yang bodoh. Sifat yang harus di hindari jadilah ornag
yang selalu bersifat khusnudzon namun oarang sekang bukan kata-kata itu yang
trend saat ini tapi kalimat “Positif Thinking”. Semoga sikap ini selalu ada
pada diri kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar